Menurut
versi lain dari G30S (bukan versi propaganda ORBA) yang telah saya kutip di
tulisan sebelumnya, terlihat jelas bahwa peristiwa G30S adalah peristiwa
pemberontakan yang memang dirancang untuk gagal. Masih percaya bahwa PKI adalah
dalang dari kerusuhan 1965? Saya sih tidak. Harus diakui bahwa propaganda
puluhan tahun yang dilakukan Soeharto sukses besar, dan bekasnya masih
sangat terasa sampai sekarang.
Kembali
lagi ke topik awal, tidak sulit untuk menguasai mayoritas orang Indonesia, ini
telah dibuktikan oleh VOC sejak ratusan tahun yang lalu. Politik adu domba atau
yang lebih dikenal dengan sebutan devide et impera, sukses untuk
menguasai Bangsa Indonesia selama lebih dari 3 abad. Dapatkan dan jaga
kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar
lebih mudah ditaklukkan, dan bila perlu adu domba masyarakatnya, tidak perlu
repot-repot menghunus pistol dan dihamburkan ke kepala orang-orang yang mau
melawan, itu pemborosan, buat saja isu agar mereka sibuk perang sendiri antar
sesamanya.
Taktik
seperti ini ternyata masih ampuh untuk diterapkan tiga abad kemudian, kejadian
di Jakarta tahun 2017 di mana terjadi aksi massa yang menuntut Ahok diadili
karena penisataan agama adalah contoh lainnya. Jika kita tidak bisa mendongkel
lawan dengan cara positif, jatuhkan target dengan cara G30S-nya Orde Baru, ini efektif!
Ajak massa untuk berbondong-bondong menjatuhkan Gubernur ini atas kasus
penistaan agama, di mana video yang menjadi alat buktinya sudah diedit dahulu untuk
mengesankan seolah-olah memang benar Ahok telah menodai Islam. Saya sendiri
bukan pendukung Ahok, bukan juga Jokowi apalagi setya Novanto, saya termasuk
orang yang apatis dengan politikus. Masih ingat saat Ahok mau maju lagi
Pilkada Jakarta lewat jalur Independen? setelah target KTP terkumpul, dia malah
maju lewat parpol, dan fans beratnya masih sibuk membela, wow.
Hanya
ada beberapa level dari politikus yang bisa dipilih, Mendingan, Buruk, Lebih
Buruk, Buruk Banget dan Soeharto.
Dalam
periode aksi tersebut, muncul berita yang tidak kalah konyolnya, boikot Sari Roti
karena mereka adalah antek kafir! Pemicunya sepele, pihak Sari Roti yang tidak
mau ikut terlibat dalam kekisruhan merilis pernyataan bahwa mereka tidak terafiliasi
dengan pihak manapun, mengenai produk mereka yang dibagi-bagikan secara gratis selama
aksi, itu adalah sumbangan dari pihak yang tidak mau disebutkan namanya, pihak
ini murni beramal atau ada kepentingan politis di belakangnya? Wallahu A’lam. Yang
menarik, setelah pernyataan dari Sari Roti, orang berbondong-bondong untuk
tidak membeli produk mereka, berbagai foto dukungan muncul dan pedagang roti
keliling kena imbasnya selama beberapa minggu setelahnya.
Orang
menginjak roti sebagai bentuk dukungan
Dari
sini terlihat jelas bahwa kebencian mengalahkan logika, apapun yang berasal
dari orang yang kita benci, sekalipun itu kebaikan, yang terlihat tetap
merupakan keburukan.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Maaidah: 8).
Lalu
apa hukuman yang adil untuk orang-orang yang telah terbukti menghina islam? 2
tahun, 5 tahun atau 20 tahun penjara? Atau hukuman mati? Apa pengadilan di
Indonesia bisa berbuat adil? Dari kasus tabrak maut oleh anak artis dan menteri
beberapa tahun yang lalu, bisa disimpulkan bahwa hukum di Indonesia itu impoten,
ibarat ular king cobra yang sudah diambil bisanya, jadi tidak lebih dari cacing
kremi yang kegedean. Sebetulnya Allah SWT telah mengisyaratkan hukum untuk
kasus ini:
Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu
sesudah teringat (akan larangan itu). (QS Al-An’am: 68).
Islam
hanya mengajarkan umat muslim untuk meninggalkan orang tersebut sampai dia
mengganti topik pembicaraannya. Apabila ada pihak yang mengangkat masalah ini
menjadi sedemikian besar, hanya ada dua kemungkinan: 1. Fanatik buta tanpa tahu
hukum-hukum islam; 2. Lawan politik dari tertuduh.
Umat
yang cerdas adalah umat yang kritis, Islam mengajarkan tentang Tabayyun, cek kebenaran sumber berita
sbelum kita mempercayainya, kalau berita itu hoax dan kita sebarkan? Dosanya akan
terus mengalir selama ada orang-orang baru yang juga termakan isu tersebut dari
berita yang kita sebarkan, Na’udzubillahimindzalik.
Tahun
2019 nanti, ada perebutan kekuasaan yang dilegalkan oleh undang-undang
(Pemilu). Banyak kepentingan di sana, mengenai penganiayaan dan pembunuhan
ustadz, penyerangan gereja dan sejenisnya, itu adalah bumbu yang disajikan oleh
mereka yang ingin berkuasa. Mengangkat isu PKI untuk digoreng sampai matang
untu kemudian disajikan ke masyarakat umum pada saatnya kelak.
Akhir
kata, semoga kita menjadi manusia yang lebih cerdas, dunia hanya sebentar,
Akhirat itu yang kekal.