Nyaris tujuh dekade sudah Bangsa Indonesia berdiri dengan kakinya sendiri. Genap 68 tahun silam kita memproklamirkan diri sebagai bangsa yang telah bebas dari bule-bule tengil Eropa dan saudara beda Ibu tapi lain Bapak, atau yang lebih dikenal dengan nama Jepang. begitulah tulisan-tulisan yang tertulis di buku-buku sejarah yang penulis baca ketika penulis masih duduk manis di bangku sekolah dulu, ketika penulis masih muda.
sebelum berpidato lebih jauh, izinkan penulis memberikan ulasan singkat tentang sejarah kedatangan bangsa-bangsa tengil atau yang lebih akrab disapa penjajah ke bumi pertiwi. meski lama dijajah menir-menir Belanda, tapi sebetulnya Bangsa Eropa yang pertama kali menginjakkan kaki di nusantara adalah portugal. Ya benar, negeri di mana kakak kandung penulis (red Cristiano Ronaldo) lahir dan dibesarkan. orang-orang Portugis pertama kali datang ke Maluku pada tahun 1509, namun pada tahun 1595 mereka terpaksa angkat kaki (bukan angkat koper, karena pada zaman itu koper belum ditemukan) dari bumi Maluku. setelah bule Portugis datang, Indonesia lalu berturut-turut digilir oleh orang Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang. Baru pada 68 tahun yang lalu, Indonesia resmi menanggalkan statusnya dari negeri terjajah menjadi negeri yang merdeka. Lebih dari empat abad, atau terhitung dari kedatangan nenek moyang Jose Mourinho ke Maluku untuk pertama kalinya, Indonesia sudah kenyang dengan pahit getirnya penjajahan. Berturut-turut nenek moyang kita dijajah oleh bangsa yang bahkan bahasanya pun tidak ada yang mirip dengan bahasa yang biasa nenek kita gunakan sehari-hari. Ibarat pepatah, bangsa kita saat itu sudah jatuh, tertimpa tangga, dikejar anjing, ketabrak mobil lalu dihajar masa, itulah sulitnya kehidupan orang tua kita pada zaman dahulu.
Pada abad 21, kita sudah tidak mengenal lagi dengan apa yang disebut imperialisme, hal yang dulu marak terjadi di negara-negara Asia dan Afrika. Namun harus diakui, kita masih belum benar-benar terbebas dari apa yang disebut penjajahan. Setelah bule-bule Eropa pulang kampung ke negara masing-masing, kita masih dibuat merana oleh penjajahan yang dilakukan oleh saudara sendiri, bukan dijajah oleh Eropa atau Jepang, tapi oleh bangsa Indon! Definisi Indon jelas berbeda dengan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Penulis, Indon adalah sekumpulan bangsa pemalas, penyembah jam karet dan penikmat uang haram. Sebetulnya, definisi yang terakhir masih menjadi perdebatan karena sampai detik ini MUI masih kesulitan memberi label halal untuk setiap lembar uang yang diterbitkan BI. Jika mau jujur masih banyak ciri-ciri Indon yang bisa dengan mudah kita jumpai di sekitar kita, namun perlu waktu panjang untuk mendefinisikan orang-orang ini dengan sedetil-detilnya.
Lebih dari setengah abad harga diri kita diinjak-injak oleh orang-orang Indon, yang lucunya kita sendiri yang memilih mereka untuk menjadi pemimpin kita, dan selama itu pula kebiasaan buruk mereka lambat laun menular dan mendarah daging dalam diri kita. banyak dari kita yang memuja kedisiplinan orang-orang Jepang, namun kita masih setia dan mendewakan jam karet, memuji keindahan Eropa, tapi kita masih giat untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Penulis ingin mengajak dan menyadarkan teman-teman pembaca bahwa orang muda dan pintar di negeri ini sangat berlimpah, tinggal bagaimana kita memaksimalkan potensi ini. Memang saat ini kita masih tertinggal dibanding katakanlah Malaysia, kita kalah dari populasi koruptor apalagi dari segi ekonomi. Ibarat duel, jangan pertarungkan secara langsung Chris John dengan Mike Tyson, terlalu jauh. Tapi dengan determinasi dan perbaikan di segala lini, penulis percaya suatu hari nanti giliran kita yang memanggil Malaysia dengan sebutan Yesterday Afternoon Boy atau yang biasa disebut Anak Kemarin Sore. Jadi mulai detik ini, mulailah dari diri sendiri, hilangkan pelan-pelan sifat buruk orang Indon, tunjukkan pada mereka bahwa Indon dan Indonesia itu beda, dengan demikian kita bisa dengan bangga berkata bahwa Indon akan segera punah dari bumi nusantara. Buktikan dengan perbuatan nyata, tampar mereka yang mengejek kita dengan prestasi, kita lahir dan hidup di atas bumi pertiwi, Indonesia! Bukan Indon.
Dirgahajoe Negara Kesatoean Repoeblik Indonesia! Merdeka!
*penulis adalah seorang Sarjana Cina yang mencintai negerinya melebihi gebetannya sendiri, bisa dijumpai di @ihwanovic
No comments:
Post a Comment